I. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN
Model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau
prosedur pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai 4 ciri khusus yang
tidak dipunyai oleh strategi atau metode pembelajaran :
1.
Rasional teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik.
2.
Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
3.
Langkah-langkah mengajar
yang duperlukan agar model pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal.
4.
Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai.
II. MACAM-MACAM MODEL PEMBELAJARAN
A. MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG
1. Pengertian Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung
merupakan model pembelajaran yang lebih berpusat pada guru dan lebih
mengutamakan strategi pembelajaran efektif guna memperluas informasi materi
ajar.
2. Macam-Macam Pembelajaran Langsung
Adapun
macam-macam pembelajaran langsung antara lain :
1
Ceramah, merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan
dari seorang kepada sejumlah pendengar.
2
Praktek dan latihan, merupakan suatu teknik untuk membantu siswa
agar dapat menghitung dengan cepat yaitu dengan banyak latihan dan mengerjakan
soal.
3
Ekspositori, merupakan suatu cara penyampaian informasi yang mirip
dengan ceramah, hanya saja frekuensi pembicara/guru lebih sedikit.
4
Demonstrasi, merupakan suatu cara penyampaian informasi yang mirip
dengan ceramah dan ekspositori, hanya saja frekuensi pembicara/guru lebih
sedikit dan siswa lebih banyak dilibatkan.
5
Questioner
6
Mencongak
3. Ciri-Ciri pada Pembelajaran Langsung
Model
pembelajaran langsung mempunyai ciri-ciri, antara lain :
1.
Proses pembelajaran didominasi oleh keaktifan guru.
2.
Suasana kelas ditentukan oleh guru sebagai perancang kondisi.
3.
Lebih mengutamakan keluasan materi ajar daripada proses terjadinya
pembelajaran.
4.
Materi ajar bersumber dari guru.
4. Tujuan Pembelajaran Langsung
Model
pembelajaran langsung dikembangkan untuk mengefisienkan materi ajar agar sesuai
dengan waktu yang diberikan dalam suatu periode tertentu. Dengan model ini
cakupan materi ajar yang disampaikan lebih luas dibandingkan dengan model-model
pembelajaran yang lain.
B. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya
tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk,
2000:7).
Menurut
Slavin (1997), pembelajaran kooperatif, merupakan model pembelajaran dengan
siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen.
Pembelajaran
kooperatif atau cooperative learning mengacu pada model pengajaran, siswa
bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar (Nur dan
Wikandari, 2000:25).
Eggen
dan Kauchak (1993: 319) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai
sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling membantu
dalam mempelajari sesuatu.
2.
Macam-Macam Model Pembelajaran
Kooperatif
1.
Model Pembelajaran
Aktif Tipe The Learning cycle
1) Hakekat Pembelajaran.
Mengenai peristilahan dan makna dari sudut bahasa, pembelajaran
berarti perihal mengajarkan sesuatu.Pembelajaran pembelajaran sebagai
suatu proses, buah atau hasilnya adalah belajar (learning), yaitu terjadinya
peristiwa belajar di dalam diri siswa
Istilah “pembelajaran” terkandung makna: perbuatan membelajarkan,
artinya menurut Munandir (2001:255) adalah mengacu ke segala daya upaya
bagaimana membuat seseorang belajar, bagaimana menghasilkan terjadinya
peristiwa belajar di dalam diri orang tersebut. Lebih lanjut dijelaskan,
istilah pembelajaran diperkenalkan sebagai ganti istilah “pengajaran”,
Menurut Degeng (1997:1) bahwa pembelajaran mengandung makna
kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode atau strategi yang
optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pembelajaran pada
hakikatnya ialah pelaksanaan dari kurikulum sekolah untuk menyampaikan isi atau
materi mata pelajaran tertentu kepada siswa dengan segala daya upaya, sehingga
siswa dapat menunjukkan aktivitas belajar.
2) Konsep Model
Pembelajaran Aktif The Learning cycle
LC (Learning Cycle) ,yaitu suatu model pembelajaran yang berpusat
pada pebelajar (student centered). LC (Learning Cycle) patut dikedepankan,
karena sesuai dengan teori belajar Piaget (Renner et al, 1988), teori belajar
yang berbasis konstruktivisme.
Langkah-langkah Stategi the learning cycle pada pembelajaran
matematika yaitu Engage,
Explore, Explain, Extend dan
yang terakhir Evaluate
c) Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe The Learning Cycle
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi
Logika Matematika
Langkah-langkah Stategi the learning cycle pada pembelajaran
logika matematika yaitu:
1)
Engage:
Siswa mencari tau tentang semua yang berkaitan dengan logika matemaika
2)
Explore
Siswa secara berkelompok membahas konsep materi logika matematika
- a. Pengertian logika matematika logika adalah suatu cabang ilmu yang mengkaji penurunan penurunan kesimpulan yang sahih (valid,correct) dan yang tidak sahih (tidak valid,incorrect).
- b. Disjungsi, konjungsi, implikasi, biimplikasi dan negasinya
Negasi : Jika p adalah “Surabaya ibu kota Jawa Timur.”, maka negasi atau
ingkaran dari pernyataan p tersebut adalah ~p yaitu: “Surabaya bukan ibu kota
Jawa Timur. “Atau” Tidak benar bahwa Surabaya ibukota Jawa Timur.”. Dari contoh
diatas Nampak jelas bahwa p merupakan pernyataan yang bernilai benar karena
Surabaya pada kenyataannya memang ibu kota Jawa Timur, sehingga ~p akan
bernilai salah. Namun jika p bernilai salah maka ~p akan bernilai benar
seperti ditunjukkan oleh tabel berikut :
P
|
~p
|
B
|
S
|
S
|
B
|
Konjungsi
adalah suatu pernyataan
majemuk yang menggunakan perakit “dan”. Contohnya, pernyataan Adi berikut
:”Fahmi makan nasi danminum kopi.”
Dapatlah disimpulkan bahwa suatu konjungsi pÙq akan bernilai benar
hanya jika komponen-komponennya,yaitu baik p maupun q keduanya bernilai benar,
sedangkan nilai kebenaran yang selain itu akan bernilai salah sebagaimana
ditunjukkan pada table:
P
|
Q
|
pÙ q
|
B
B
S
S
|
B
S
B
S
|
B
S
S
S
|
Disjungsi adalah pernyataan majemuk yang menggunakan
perakit “atau”.Contohnya,pernyataan Adi berikut:”Fahmi makan nasi atauminum
kopi.” Suatu disjungsi pÚq akan bernilai salah hanya jika komponen-komponennya,
yaitu baik p maupun q, keduanya bernilai salah, yang selain itu akan bernilai
benar sebagaimana ditunjukkan pada table, yaitu:
P
|
Q
|
PÙq
|
B
B
S
S
|
B
S
B
S
|
S
B
B
B
|
Implikasi :Misalkan ada dua pernyataan p dan q.
bahwa implikasi pÞq hanya akan bernilai salah untuk kasus kedua di mana p
bernilai benar namun q-nya bernilai salah, pÞq akan bernilai benar seperti
ditunjukkan tabel kebenaran berikut ini:
P
|
Q
|
pÞ q
|
B
B
S
S
|
B
S
B
S
|
B
S
B
B
|
Biimplikasi atau bikondisional adalah pernyataan majemuk
dari dua pernyataan p dan q yang dinotasikan dengan pÛq yang bernilai sama
dengan (pÞq) Ù (qÞp) sehingga dapat dibaca: “p jika dan hanya jika q “atau” p
bila dan hanya bila q. “Tabel kebenaran dari pÛq adalah:
P
|
Q
|
PÛq
|
B
B
S
S
|
B
S
B
S
|
B
S
S
B
|
- Konvers,Invers,Kontraposisi suatu Implikasi Serta Negasinya
Perhatikan
pernyataan ini: “Jika suatu bendera adalah bendera RI maka ada warna merah pada
bendera tersebut.”
Bentuk umum
implikasi diatas adalah: ‘pÞq’ dengan p:
Bendera RI, dan q: Bendera yang
ada warna merahnya. Dari implikasi pÞq di atas, dapat dibentuk tiga implikasi
lainnya, yaitu: (1) konversnya, yaitu qÞp; (2) inversnya, yaitu ~pÞ~q; dan (3)
kontraposisinya, yaitu ~qÞ~p
3)
Explain : Siswa menjelaskan
solusi yang masuk akal
4)
Extend :Masing–masing kelompok
memaparkan hasil diskusi di dpan kelas dan kelompok lain menanggapi hasil dari
kelompok yang presentasi.
5) Evaluate : Guru menarik kesimpulan bersama-sama dengan
siswa tentang apa pengertian logika himpunan,operasi dan juga sifat-sifatnya
1. Model Pembelajaran Jigsaw
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh
Elliot Aronson’s.
Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung
jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus
siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.
Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji. Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw dalam matematika, yaitu:
Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji. Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw dalam matematika, yaitu:
- Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang
- Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk membahas topik, wakil ini disebut dengan kelompok ahli
- Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut
- Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya
- Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan
Kunci pembelajaran ini adalah interpedensi setiap siswa terhadap
anggota kelompok untuk memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan tes
dengan baik.
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
- Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
- Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
- Metode pembelajaran ini dapat
melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :
- Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
- Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
- Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
- Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.
3.Model Pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division)
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah
satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan
baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas,
STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran
kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu penyajian kelas,
belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu
STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur.
Variasi Model STAD:
Lima komponen utama
pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu:
a) Penyajian kelas.
b) Belajar kelompok.
c) Kuis.
d) Skor Perkembangan.
e) Penghargaan
kelompok.
Berikut ini uraian selengkapnya dari pembelajaran
kooperatif tipe StudentTeams Achievement Division (STAD).
1. Pengajaran
Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan
materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas.
Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan
latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian
materi pelajaran.
a) Pembukaan
1) Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari
dan mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi
yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.
2) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk
menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.
3) Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang
merupakan syarat mutlak.
b) Pengembangan
1) Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang
akan dipelajari siswa dalam kelompok.
2) Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah
memahami makna bukan hapalan.
3) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan.
4) Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut
benar atau salah.
5) Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami
pokok masalahnya.
c) Latihan Terbimbing
1) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan
yang diberikan.
2) Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau
menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan
diri sebaik mungkin.
3) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang
terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan
langsung diberikan umpan balik.
2. Belajar Kelompok
Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah
menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk
menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan
untuk melatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka
dan teman satu kelompok.
Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran
kooperatif, guru juga perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan
perintah, mereview konsep atau menjawab pertanyaan.
Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan
guru sebagai berikut :
1) Mintalah anggota kelompok memindahkan meja / bangku
mereka bersama-sama dan pindah kemeja kelompok.
2) Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama
kelompok.
3) Bagikan lembar
kegiatan siswa.
4) Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan,
bertiga atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari.
Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soal
sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan
suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika
siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan
kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha
menjawab pertanyaan itu.
5) Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar
sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100
pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar
tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai
lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka
pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan,
mereka seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru.
6) Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling
dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja
dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan
bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.
3. Kuis
Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan
untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam
kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan
disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.
4. Penghargaan Kelompok
Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini
adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi
sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok
berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya.
MODEL
PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
Salah
satu model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah Model Pembelajaran
Picture and Picture ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran
kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu
model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan
interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Model pembelajaran
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan
dipasangkan / diurut kan menjadi urutan logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran.
Model
Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran.
Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga
sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan
baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar.
Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam
menggunakan Power Point atau software yang lain.Menurut Johnson & Johnson ,
prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah
sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung
jawab atas segala sesuatu yang dikerjakandalamkelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Langkah-langkah
dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1.
Guru menyampaikan kompetensi
yang ingin dicapai
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2.
Menyajikan materi sebagai pengantar.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3.
Guru
menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi. Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut
terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang
ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan
menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang
diajarkan. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan
gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan
tertentu.
4.
Gurum enunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang
logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi.
5.
Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan
gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita,
atau tuntutan KD dengan indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya
peran siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam
PBM semakin menarik.
6.
Dari alasan/urutan gambar
tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang
ingin dicapai. Dalam proses diskusi
dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini
dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain
dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD
dan indicator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai
indicator yang telah ditetapkan.
7.
Kesimpulan/rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaran
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture:
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaran
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture:
Kelebihan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis. 4.
3. Membantu siswa belajar
berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan
memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir,
4. Mengembangkan motivasi
untuk belajar yang lebih baik.
5. Siswa dilibatkan daiam
perencanaan dan pengelolaan kelas
Kekurangan:
1. Memakan banyak waktu.
Kekurangan:
1. Memakan banyak waktu.
Banyak siswa yang pasif.
Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
4. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain.
4. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain.
Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
KESIMPULAN
Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
4.
Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Langkah-langkah
dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1.Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2.Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk mengurutkan gambar-gambar secara logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
1.Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2.Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk mengurutkan gambar-gambar secara logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6.
Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan/rangkuman
7. Kesimpulan/rangkuman
Model Pembelajaran Inovatif (1)Langkah-langkah
:
- Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
- Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/In Focus
- Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar
- Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
- Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
- Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
- Kesimpulan
A. Picture
And Picture
Langkah-langkah :
- Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
- Menyajikan materi sebagai pengantar
- Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
- Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
- Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
- Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
- Kesimpulan/rangkuman
B.Numbered Heads Together
Langkah-langkah :
- Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
- Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
- Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
- Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
- Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
- Kesimpulan
C. Cooperative
Script
Metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian
secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah :
- Guru membagi siswa untuk berpasangan
- Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
- Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
- Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar :
(a)
Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap;
(b) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan
materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
- Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
- Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan guru
- Penutup
D. Kepala
Bernomor Struktur
Langkah-langkah :
- Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
- Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
- Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain.
Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling
membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
- Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
- Kesimpulan
E. Student
Teams-Achievement Divisions (Stad)/Tim Siswa Kelompok Prestasi (Slavin, 1995)
Langkah-langkah :
- Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
- Guru menyajikan pelajaran
- Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
- Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
- Memberi evaluasi
- Kesimpulan
F. Jigsaw
(Model Tim Ahli)/(Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978)
Langkah-langkah :
- Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim
- Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
- Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
- Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
- Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
- Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
- Guru memberi evaluasi
- Penutup
G.Problem Based
Introductuon (PBI)/(Pembelajaran Berdasarkan Masalah)
Langkah-langkah :
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
- Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
- Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
- Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
- Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
H. Artikulasi
Langkah-langkah :
- Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
- Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
- Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
- Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
- Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
- Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
- Kesimpulan/penutup
Sangat baik
digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban
Langkah-langkah :
- Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
- Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
- Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
- Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
- Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
- Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru
J. Make –
A Match (Mencari Pasangan) (Lorna Curran, 1994)
Langkah-langkah :
- Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
- Setiap siswa mendapat satu buah kartu
- Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
- Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
- Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
- Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
- Demikian seterusnya
- Kesimpulan/penutup
K.Think Pair And Share
(Frank Lyman, 1985)
Langkah-langkah :
- Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
- Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
- Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
- Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
- Berawal dari kegiatan tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa
- Guru memberi kesimpulan
- Penutup
L.Debat
Langkah-langkah :
- Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra
- Guru memberikan tugas untuk membaca materiyang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
- Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
- Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
- Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
- Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
6. Model Pembelajaran CORE
Model
pembelajaran core
yaitu model pembelajaran yang mencakup empat aspek kegiatan yaitu connecting,
organizing, reflecting, dan extending. Adapun keempataspek tersebut adalah :
- Connecting (C)Merupakan kegiatan mengoneksikan informasi lama dan informasi baru danantar konsep.
- Organizing (O)Merupakan kegiatan mengorganisasikan ide-ide untuk memahami materi.
- Reflecting (R)Merupakan kegiatan memikirkan kembali, mendalami, dan menggali informasiyang sudah didapat.
- Extending (E)Merupakan kegiatan untuk mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.
- Karakteristik Model pembelajaran Core
Model pembelajaran yang menekankan kemampuan berpikir siswa untuk menghubungkan, mengorganisasikan, mendalami,mengelola, dan mengembangkan informasi yang didapat. Dalam model ini aktivitas berpikir sangat ditekankan kepada siswa. Siswa dituntut untuk dapat berpikir kritis terhadap informasi yang didapatnya.
Kegiatan mengoneksikan konsep lama-baru siswa
dilatih untuk mengingatinformasi lama dan menggunakan informasi/konsep lama
tersebut untuk digunakandalam informasi/konsep baru. Kegiatan mengorganisasikan
ide-ide, dapat melatih kemampuan siswa untuk mengorganisasikan, mengelola informasi
yang telah dimilikinya. Kegiatan refleksi, merupakan kegiatan memperdalam,
menggali informasi untuk memperkuat
konsep yang telah dimilikinya.
Extending, dengan kegiatan ini siswa dilatih untuk mengembangkan, memperluasinformasi yang sudah didapatnya dan menggunakan informasi dan dapat menemukankonsep dan informasi baru yang bermanfaat.
Keunggulan dan kelemahan
Extending, dengan kegiatan ini siswa dilatih untuk mengembangkan, memperluasinformasi yang sudah didapatnya dan menggunakan informasi dan dapat menemukankonsep dan informasi baru yang bermanfaat.
Keunggulan dan kelemahan
Keunggulan
Siswa aktif dalam belajar. Melatih daya ingat siswa tentang suatu konsep/informasi
Melatih daya pikir kritis siswa terhadap suatu masalah. Memberikan pengalaman belajar kepada siswa,karena siswa banyak berperan aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Kelemahan
Membutuhkan persiapan matang dari guru untuk menggunakan model ini.Menuntut siswa untuk terus berpikir kritis. Memerlukan banyak waktu.
Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan model core.
Siswa aktif dalam belajar. Melatih daya ingat siswa tentang suatu konsep/informasi
Melatih daya pikir kritis siswa terhadap suatu masalah. Memberikan pengalaman belajar kepada siswa,karena siswa banyak berperan aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Kelemahan
Membutuhkan persiapan matang dari guru untuk menggunakan model ini.Menuntut siswa untuk terus berpikir kritis. Memerlukan banyak waktu.
Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan model core.
Sintaks
- Membuka pelajaran dengan kegiatan yang menarik siswa yaitu menyanyikanyang mana isi lagu berkaitan dengan materi yang akan diajarkan.
- Penyampaian konsep lama yang akan dihubungkan dengan konsep baru olehguru kepada siswa. Connecting (C),
- Pengorganisasian ide-ide untuk memahami materi yang dilakukan oleh siswadengan bimbingan guru. Organizing (O)
- Pembagian kelompok secara heterogen(campuran antara yang pandai, sedang,dan kurang),terdiri dari 4-5 orang.
- Memikirkan kembali, mendalami, dan menggali informasi yang sudah didapatdan dilaksanakan dalam kegiatan belajar kelompok siswa. Reflecting (R)
- Pengembangan, memperluas, menggunakan, dan menemukan,melalui tugasindividu dengan mengerjakan tugas.
7. Model Pembelajaran Creative Problem
Solving (CPS)
Model
diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan suatu aktivitas tertentu. Dalam pengertian lain, model diartikan
sebagai barang tiruan, metafor, atau kiasan yang
dirumuskan. Pouwer (1974:243) menerangkan tentang model dengan anggapan seperti kiasan yang dirumuskan secara eksplisit yang mengandung sejumlah unsur yang saling tergantung.
dirumuskan. Pouwer (1974:243) menerangkan tentang model dengan anggapan seperti kiasan yang dirumuskan secara eksplisit yang mengandung sejumlah unsur yang saling tergantung.
Sebagai
metafora model tidak pernah dipandang sebagai bagian data yang diwakili. Model
menjelaskan fenomena dalam bentuk yang tidak seperti biasanya. Setiap model
diperlukan untuk menjelaskan sesuatu yang lebih atau berbeda dari data. Syarat
ini dapat dipenuhi dengan menyajikan data dalambentuk: ringkasan (tipe,
diagram), konfigurasi ( structure ), korelasi (pola), idealisasi, dan kombinasi
dari keempatnya. Jadi model merupakan kiasan yang padat yang bermanfaat bagi
pembanding hubungan antara data terpilih dengan hubungan antara unsur terpilih
dari suatu konstruksi logis.
Model pembelajaran merupakan kerangka yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pemandu bagi para perancang desain pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Soekamto, 1997:78),.Menurut Mitchell dan Kowalik (Rahman, 2009:8): Creative, an idea that has an element of newness or uniqueness, at least to the one who creates the solution, and also has value and relevancy. Problem, any situation that presents a challenge, an opportunity, or is a concern. Solving, devising ways to answer, to meet, or to resolve the problem . Therefore, creative problem solving or cps is a process, method, or system for approaching a problem in an imaginative way and resulting in effective action.
Sedangkan menurut Karen (Dewi, 2008:28) model Creative problem Solving (CPS) adalah model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.
Model pembelajaran merupakan kerangka yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pemandu bagi para perancang desain pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Soekamto, 1997:78),.Menurut Mitchell dan Kowalik (Rahman, 2009:8): Creative, an idea that has an element of newness or uniqueness, at least to the one who creates the solution, and also has value and relevancy. Problem, any situation that presents a challenge, an opportunity, or is a concern. Solving, devising ways to answer, to meet, or to resolve the problem . Therefore, creative problem solving or cps is a process, method, or system for approaching a problem in an imaginative way and resulting in effective action.
Sedangkan menurut Karen (Dewi, 2008:28) model Creative problem Solving (CPS) adalah model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.
Model
Creative Problem Solving (CPS) pertamakali dikembangkan oleh Alex Osborn
pendiri The Creative Education Foundation (CEF) dan co-founder of highly
successful New York Advertising Agenncy . Pada tahun 1950-an Sidney Parnes
bekerjasama dengan Alex Osborn melakukan penelitian untuk menyempurnakan model
ini. Sehingga model Creative Problem Solving ini juga dikenal dengan nama The
Osborn-parnes Creative Problem Solving Models. Pada awalnya model ini digunakan
oleh perusahaan-perusahaan dengan tujuan agar para karyawan memiliki
kreativitas yang tinggi dalam setiap tanggungjawab pekerjaannya, namun pada
perkembangan selanjutnya model ini juga diterapkan pada dunia pendidikan.
Langkah-langkah
dalam CPS menurut William E. Mitchell dan Thomas F. Kowalik (Rahman,2009:10) adalah:
a. Mess-finding (menemukan masalah yang dirasakan sebagai pengganggu). Tahap pertama, merupakan suatu usaha untuk mengidentifikasi situasi yang dirasakan mengganggu.
b. Fact-finding (menemukan fakta).
a. Mess-finding (menemukan masalah yang dirasakan sebagai pengganggu). Tahap pertama, merupakan suatu usaha untuk mengidentifikasi situasi yang dirasakan mengganggu.
b. Fact-finding (menemukan fakta).
Tahap kedua, mendaftar semua fakta
yang diketahui yang berhubungan dengan situasi tersebut, yang dibutuhkan untuk
mengidentifikasi informasi yang tidak diketahui tetapi esensial pada situsi
yang sedang diidentifikasi dan dicari.
- Problem-finding (menemukan masalah).
Pada tahap menemukan masalah, diupayakan
mengidentifikasi semua kemungkinan pernyataan masalah dan kemudian memilih yang
paling penting atau yang mendasari masalah.
d. Idea-finding.
d. Idea-finding.
Pada
tahap ini diupayakan untuk menemukan sejumlah ide atau gagasan yang mungkin
dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
e. Solution-finding.
e. Solution-finding.
Pada
tahap penemuan solusi, ide-ide atau gagasan-gagasan pemecahan masalah
diseleksi, untuk menemukan ide yang paling tepat untuk memecahkan masalah.
f. Acceptance-finding.
f. Acceptance-finding.
Berusaha
untuk memperoleh penerimaan atas solusi masalah, menyusun rencana tindakan dan
mengimplementasikan solusi tersebut.
Proses pembelajaran dengan model pembelajaran CPS menurut Pepkin (Dewi,2008:30) terdiri dari langkah-langkah:
a. Klarifikasi Masalah.
Proses pembelajaran dengan model pembelajaran CPS menurut Pepkin (Dewi,2008:30) terdiri dari langkah-langkah:
a. Klarifikasi Masalah.
Klasifikasi
masalah meliputi penjelasan mengenai masalah yang diajukan kepada siswa, agar
siswa memahami penyelesaian seperti apa yang diharapkan.
b. Pengungkapan Pendapat
Pada
tahap ini siswa diberi kebebasan untuk
mengungkapkan pendapat tentang bagaimana macam strategi penyelesaian masalah.
Dari setiap ide yang diungkapkan, siswa mampu untuk memberikan alasan.
c Evaluasi dan Pemilihan
Pada
tahap evaluasi dan pemilihan ini, setiap kelompok mendiskusikan
pendapat-pendapat atau strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah.
- Implementasi (penguatan)
Pada tahap ini siswa menentukan strategi mana
yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkanya sampai
menemukan penyelesaian dari masalah tersebut. Selain itu, pada tahapan
implementasi, siswa diberi permasalahan baru agar dapat memperkuat pengetahuan
yang telah diperolehnya.
8. Model Pembelajaran
CIRC
A. Pengertian Model Pembelajaran CIRC
Terjemahan
bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif–kelompok.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC( Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) merupakan model pembelajaran khusus Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC( Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) merupakan model pembelajaran khusus Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping.
Model
pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini dapat
dikategorikan pembelajaran terpadu.
Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat
keterpaduannya, pembelajaran terpadu dapat dikelompokkan menjadi:
1) model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model
connected (keterhubungan) dan modelnested
(terangkai);
2) model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared (perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model integreted (terpadu);
2) model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared (perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model integreted (terpadu);
3) model dalam lintas siswa.
Dalam
pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa bertanggung jawab
terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide
untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas (task), sehingga terbentuk
pemahaman yang dan pengalaman belajar yang lama.
Model
pembelajaran ini terus mengalami perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar
(SD) hingga sekolah menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi
sosial dengan lingkungan.
Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan UNESCO dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah ”belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (Learning to live together), (Depdiknas, 2002).
B.Langkah-Langkah Pembelajaran CIRC
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.
Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan UNESCO dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah ”belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (Learning to live together), (Depdiknas, 2002).
B.Langkah-Langkah Pembelajaran CIRC
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan
topik pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4.Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
5.Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.
6 .Penutup.
5.Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.
6 .Penutup.
Dari
setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai
berikut:
a. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, atau media lainnya.
a. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, atau media lainnya.
b. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini
memberikan peluang pada siswa untuk mengungkap pengetahuan awalnya,
mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka alami
dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif
pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk
menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan
minat, rasa ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan
pembelajaran dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa
belajar melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam
situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk
menggiring siswa merancang eksperimen, demonstrasi untuk diujikannya.
c. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa
mampu mengkomunikasikan hasil temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang
dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar
membuktikan hasil pengamatannya.
Siswa dapat memberikan pembuktian terkaan
gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa siap
menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat argumen.
C. Kelebihan Model
Pembelajaran CIRC
Kelebihan dari model pembelajaran terpadu atau (CIRC) antara lain:
Kelebihan dari model pembelajaran terpadu atau (CIRC) antara lain:
1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik
akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak;
2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak;
2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak;
3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi
anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan dapat bertahan lebih lama;
4) pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan
keterampilan berpikir anak;
5) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang
bersifat pragmatis (bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemuai
dalam lingkungan anak;
6) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar yang dinamis, optimal dan tepat guna;
6) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar yang dinamis, optimal dan tepat guna;
7) menumbuhkembangkan interaksi sosial anak
seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang
lain;
8) membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan
dan aspirasi guru dalam mengajar (Saifulloh,2003).
D.Kekurangan Model Pembelajaran CIRC
Kerurangan dari model pembelajaran CIRC tersebut antara lain: Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti: matematika dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.
E. Kesimpulan
D.Kekurangan Model Pembelajaran CIRC
Kerurangan dari model pembelajaran CIRC tersebut antara lain: Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti: matematika dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.
E. Kesimpulan
Model
pembelajaran ini sangat bagus dipakai karena dengan menggunakan model ini siswa
dapat memahami secara langsung peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan dengan
materi yang dijelaskan.
Model Pembelajaran NHT(NumberedHead Together)
9.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran
yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan
diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan
dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa
agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam
kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran
berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk
memecahkan masalah
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik.
Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim
(2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup
dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut.
Ibrahim mengemukakan
tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT
yaitu :
1. Hasil belajar
akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya
keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan
keterampilan social
Bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas,
aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau
pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan pembelajaran
kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan
tiga langkah yaitu :
a)
Pembentukan kelompok;
b)
Diskusi masalah;
c)
Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh
Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran
dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai
dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan
kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa
dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan
percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin
dan kemampuan belajar.
Selain itu, dalam
pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam
menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok
harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki
buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau
masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi
masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap
siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa
berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui
jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah
diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik
sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil
nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa
dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi
kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif
tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh
Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
- Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
- Memperbaiki kehadiran
- Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
- Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
- Konflik antara pribadi berkurang
- Pemahaman yang lebih mendalam
- Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
- Hasil belajar lebih tinggi
Pada postingan yang lalu hayardin
blog telah berbagi mengenai Model
Pembelajaran Group Investigation. Pada postingan kali ini saya akan berbagi mengenai Model Pembelajaran Role Playing
Model Pembelajaran Role Playing adalah suatu tipe Model pembelajaran Pelayanan (Sercvice
Learning). Model
pembelajaran ini adalah suatu model
penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan
murid.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan
murid dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benada mati. Permainan ini
pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal ini bergantung kepada apa
yang di perankan (Komalasari: 2010)
Langkah langkah model pembelajaran Role Playing adalah sebagai berikut
- Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
- Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm
- Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
- Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
- Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
- Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan
- Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas
- Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
- Guru memberikan kesimpulan secara umum
- Evaluasi
- Penutup
Demikianlah langkah-langkah model pembelajaran Role Playing . Kelebihan dan kekurangan Model pembelajaran Role Playing akan saya posting pada pada postingan berikutnya. Semoga bermanfaat.
MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS ( TGT )
- A. Gambaran Mengenai Team Games Tournament (TGT)
Model
pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh
siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor
sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa
dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran,
kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Teams games
tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh Davied Devries dan Keith
Edward, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Dalam
model ini kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3
sampai dengan 5 siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan
latar belakang etniknya, kemudian siswa akan bekerjasama dalam
kelompok-kelompok kecilnya. Pembelajaran dalam Teams games tournament (TGT)
hampir sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu, sebagai ganti kuis dan
sistem skor perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan akademik.
Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain
yang setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu. Nur & Wikandari (2000)
menjelaskan bahwa Teams games tournament TGT telah digunakan dalam
berbagai macam mata pelajaran, dan paling cocok digunakan untuk mengajar tujuan
pembelajaranyang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar, seperti
perhitungan dan penerapan berciri matematika, dan fakta-fakta serta konsep IPA.
B. Pendekatan
Kelompok Kecil dalam Teams Games
Tournament
Pendekatan yang
digunakan dalam Teams games tournament adalah pendekatan secara kelompok yaitu
dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran. Pembentukan
kelompok kecil akan membuat siswa semakin aktif dalam pembelajaran. Ciri dari
pendekatan secara berkelompok dapat ditinjau dari segi.
1) Tujuan Pengajaran dalam Kelompok Kecil Tujuan pembelajaran
dalam kelompok kecil yaitu;
(a) member kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah secara rasional,
(b) mengembangkan sikap social dan semangat bergotong royong
(c) mendinamisasikan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga
setiap kelompok merasa memiliki tanggung jawab, dan
(d) mengembangkan kemampuan kepemimpinan dalam kelompok tersebut
(Dimyati dan Mundjiono, 2006).
2) Siswa dalam Pembelajaran Kelompok Kecil
Agar kelompok
kecil dapat berperan konstruktif dan produktif dalam pembelajaran
diharapkan;
(a) anggota kelompok sadar
diri menjadi anggota kelompok,
(b) siswa sebagai anggota kelompok memiliki rasa tanggung jawab,
(c) setiap anggota kelompok membina hubungan yang baik dan
mendorong timbulnya semangat tim, dan
(d) kelompok mewujudkan suatu kerja yang kompak (Dimyati dan
Mundjiono, 2006).
3) Guru dalam Pembelajaran Kelompok
Peranan guru
dalam pembelajaran kelompok yaitu;
(a) pembentukan kelompok
(c) perencanaan tugas kelompok,
(d) pelaksanaan, dan
(d) evalusi hasil belajar kelompok.
C. Komponen dan
Pelaksanaan Team Game Tournament dalam Pembelajaran
Ada lima komponen utama dalam TGT,yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal
pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan
dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru.
Pada saat penyajian kelas ini , siswa harus benar-benar memperhatikan dan
memahami materi yang diberikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih
baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan
menentukan skor kelompok.
2. Kelompok ( team )
Kelompok biasanya
terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk
lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk
mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat
game.
3. Game
Game terdiri atas
pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat
siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan
mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab
benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor.
4. Turnamen
Untuk memulai
turnamen masing-masing peserta mengambil nomor undian. Siswa yang mendapatkan
nomor terbesar sebagai reader 1, terbesar
kedua sebagai chalennger 1,
terbesar ketiga sebagai chalenger 2, terbesar
keempat sebagai chalenger 3. Dan
kalau jumlah peserta dalam kelompok itu lima orang maka yang mendapatkan nomor
terendah sebagai reader2.
Reader 1 tugasnya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan
yang pertama. Chalenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader1
apabila menurut chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah
menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan
chalenger 1 menurut chalenger 2 salah. Chalenger 3 tugasnya adalah menjawab
soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila jawaban reader1, chalenger 1,
chalenger 2 menurut chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan
kunci jawaban . Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua.
Posisi peserta
berubah searah jarum jam. Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi
reader1, chalenger 2 menjadi chalenger 1, chalenger3 menjadi chalenger 2,
reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi reader2. Hal itu terus
dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan guru.
5. Penghargaan kelompok (team recognise)
Guru kemudian
mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat
atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.
Kriteria ( Rerata Kelompok )
|
Predikat
|
≥ 45
|
Super Team
|
40 – 45
|
Great Team
|
30 – 40
|
Good Team
|
- D. Implementasi Model Pembelajaran TGT
Dalam pengimplementasian yang hal yang harus diperhatikan yaitu.
1) Pembelajaran terpusat pada siswa
2) Proses pembelajaran dengan suasana berkompetisi
3) Pembelajaran bersifat aktif ( siswa berlomba untuk dapat menyelesaikan
persoalan)
4) Pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa
menjadi tim-tim
5) Dalam kompetisi diterapkan system point
6) Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dikenal
kesetaraan dalam kinerja akademik
7) Kemajuan kelompok dapak diikuti oleh seluruh kelas melalui
jurnal kelas yang diterbitkan secara mingguan
8) Dalam pemberian bimbingan guru mengacu pada jurnal
9) Adanya system penghargaan bagi siswa yang memperoleh
point banyak
- E. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran TGT
Riset tentang
pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah banyak dilakukan oleh
pakar pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah. Dari tinjuan psikologis,
terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi bahwa metode-metode
pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggung jawab
individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Dua teori utama yang
mendukung pembelajaran kooperatif adalah teori motivasi dan teori kognitif.
Dari pespektif
motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana
satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah
jika kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, mereka harus membantu teman satu
timnya untuk melakukan apa pun agar kelompok berhasil dan mendorong anggota
satu timnya untuk melakukan usaha maksimal.
Sedangkan dari
perspektif teori kognitif, Slavin (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif menekankan pada pengaruh dari kerja sama terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.
Asumsi dasar dari teori pembangunan kognitif adalah bahwa interaksi di antara
para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai mengingkatkan penguasaan
mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa yang heterogen mendorong
interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan
pengetahuan atau kognitif. Penelitian psikologi kognitif menemukan bahwa jika
informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi
yang sudah ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam
pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi. Salah satu cara
elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain.
Namun demikian,
tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk semua materi, situasi dan
anak. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi penekanan
dalam proses implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan
pembelajaran. Secara psikologis, lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat
direspon beragama oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini,
pembelajaran kooperatif dengan teknik TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan
dalam implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek
psikologis bagi siswa.
Slavin (2008),
melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran
kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan
keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:
- Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
- Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
- TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
- TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
- Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
- TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
Sebuah catatan
yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT adalah bahwa nilai
kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru
harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian
belajar siswa secara individual.
Kelebihan dan
Kelemahan Pembelajaran TGT Metode pembelajaran kooperatif Team Games
Tournament (TGT) ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana
(2000:10) dalam Istiqomah (2006), yang merupakan kelebihan dari pembelajaran
TGT antara lain:
1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas
2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu
3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara
mendalam
4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa.
5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain
6) Motivasi belajar lebih tinggi
7) Hasil belajar lebih baik
8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
Sedangkan kelemahan TGT adalah:
- Bagi Guru
Sulitnya
pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis.
Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang
kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk
diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan.
Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
- Bagi Siswa
Masih adanya
siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan
kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah
membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar
dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.
Kesimpulan
Dari pembahasan
materi model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tersebut, maka dapat
disimpulkan
- Dengan model pembelajaran TGT ( Teams Games Tournaments ) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Karena siswa dapat belajar lebih rileks, serta dapat menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
- Dengan model pembelajaran TGT ( Teams Games Tournaments ) dapat menambah wawasan tentang berbagai model pembelajaran serta dapat meningkatkan kompetensi guru.
12.Model Pembelajaran
Think Pair Share (TPS)
Strategi
think pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Strategi
think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu.
Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan Koleganya di universitas
Maryland sesuai yang dikutip
Arends
(1997),menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif
untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua
resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara
keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi
siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru
memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau
situasi yang menjadi tanda tanya . Sekarang guru menginginkan siswa
mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami .Guru
memilih menggunakan think-pair-share untuk membandingkan tanya jawab
kelompok keseluruhan.
Guru menggunakan langkah-langkah ( fase ) berikut:
Guru menggunakan langkah-langkah ( fase ) berikut:
- Langkah 1 : Berpikir ( thinking ) : Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.
- Langkah 2 : Berpasangan ( pairing ) : Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh.
- Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi.
Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit
untuk berpasangan.
- Langkah 3 : Berbagi ( sharing ) : Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan. Arends, (1997) disadur Tjokrodihardjo, (2003).
13.MODEL PEMBELAJARAN
CONTECTUAL TEACHING AND LEARNIN (CTL)
- A. Landasan Filosofi CTL
Landasan filosofi
CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa
belajar tidak hanya sekedar menghapal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan
di benak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan
menjadi fakta.
Fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan
keterampilan yang dapat diterapkan (Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama,
2003:26).
Menurut pandangan
konstruktivistik bahwa perolehan pengalaman seseorang itu dari proses asimilasi
dan akomodasi sehingga pengalaman yang lebih khusus ialah pengetahuan tertanam
dalam benak sesuai dengan schemata yang dimiliki seseorang. Skemata itu
tersusun dengan upaya dari individu siswa yang telah bergantung kepada skemata
yang telah dimiliki seseorang (Ernest dalam Hudoyo, 1998: 4-5).
- B. Definisi CTL
Pembelajaran
kontekstual adalah terjemahan dari istilah Contextual Teaching Learning (CTL). Kata contextual
berasal dari kata contex yang
berarti “hubungan, konteks, suasana, atau keadaan”. Dengan demikian contextual diartikan ”yang
berhubungan dengan suasana (konteks). Sehingga Contextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagi suatu
pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.
Pembelajaran
kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang
menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari
terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang
terjadi disekelilingnya.
Contextual
Teaching and Learning (CTL) merupakan proses
pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna
materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari
(konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/
ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara
aktif pemahamannya.
CTL disebut
pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Pembelajaran
kontekstual berbeda dengan pembelajaran konvensional, Departemen Pendidikan
Nasional (2002:5) mengemukakan perbedaan antara pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
dengan pembelajaran konvensional sebagai berikut:
CTL
|
Konvensional
|
Pemilihan informasi kebutuhan individu siswa;
|
Pemilihan informasi ditentukan oleh guru;
|
Cenderung mengintegrasikan beberapa
bidang (disiplin);
|
Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin)
tertentu;
|
Selalu mengkaitkan informasi dengan
pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa;
|
Memberikan tumpukan informasi kepada siswa
sampai pada saatnya diperlukan;
|
Menerapkan penilaian autentik melalui
penerapan praktis dalam pemecahan masalah;
|
Penilaian hasil belajar hanya melalui kegiatan
akademik berupa ujian/ulang
|
CTL merupakan
suatu proses pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami materi
pelajaran yang sedang mereka pelajari dengan menghubungkan pokok materi
pelajaran dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Johnson, 2002: 24)
C. Komponen CTL
Pembelajaran
kontekstual melibatkan tujuh komponen utama dari pembelajaran produktif
yaitu : konstruktivisme (Constructivism),
membentuk group belajar yang saling membantu (interdependent learning groups), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang
sebenarnya (Authentic Assessment)
(Depdiknas, 2003:5).
1. Mengembangkan pemikiran bahwa siswa
akan belajar lebih bermakna jika ia diberi kesempatan untuk bekerja, menemukan,
dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru (constructivism).
2. Membentuk group belajar yang saling
tergantung (interdependent learning
groups) yaitu agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan
orang lain, maka pembelajaran hendaknya selalu dilaksanakan dalam
kelompok-kelompok belajar atau proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
kelompok.
3. Memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry), yaitu agar siswa memperoleh
pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat
sejumlah fakta).
4. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui
pengajuan pertanyaan (questioning).
Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan
memahami kemampuan berpikir siswa, sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya untuk
menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan menunjukkan
perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Bertanya dapat diterapkan
antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru,
antara siswa dengan orang baru yang didatangkan di kelas.
5. Pemodelan (modeling), maksudnya dalam sebuah pembelajaran selalu ada model
yang bisa ditiru. Guru memberi model tentang bagaimana cara belajar, namun
demikian guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan
melibatkan siswa atau dapat juga mendatangkan dari luar.
6. Refleksi (reflection), adalah cara berpikir tentang apa yang baru
dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan
dimasa yang lalu kuncinya adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak
siswa.
7. Penilaian sesungguhnya (authentic assesment), adalah proses pengumpulan berbagai data
yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Pembelajaran yang
benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu
mempelajari (learning how to learn) sesuatu,
bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi diakhir periode
pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melulu hasil, dan
dengan berbagai cara. Tes hanya salah satunya itulah hakekat penilaian
yang sebenarnya (Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2003: 10-20).
D. Implementasi CTL
Untuk dapat
mengimplementasikan pembelajaran kontekstual, guru dalam pembelajarannya
mengaitkan antara materi yang akan diajarkannya dengan dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh
komponen utama CTL.
Contohnya dalam pembelajaran matematika di SD adalah:
Penanaman Konsep Pecahan
Media yang diperlukan
Berbagai benda yang dapat dipotong-potong/dilipat seperti kertas,
pipet dll
Ciri-Ciri dan Tahapan pada Model Kooperatif
Menurut Arends (1997: 111),
pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
siswa bekerja dalam kelompok
secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar,
kelompok dibentuk dari
siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah,
jika mungkin, anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda,
penghargaan lebih
berorientasi pada kelompok dari pada individu.
Pembelajaran kooperatif dilaksanakan mengikuti tahapan-tahapan
sebagai berikut (Ibrahim, M., dkk., 2000: 10)
1.
Menyampaikan tujuan
pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran.
2.
Menyampaikan informasi.
3.
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
4.
Membantu siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok.
5.
Evaluasi atau memberikan
umpan balik.
6.
Memberikan penghargaan.
4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya
tiga tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim, dkk (2000:7-8) sebagai
berikut:
1
Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa
ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami
konsep-konsep yang sulit.
2
Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,
budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Mengajarkan untuk
saling menghargai satu sama lain.
3
Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang
dalam keterampilan sosial.
5.
Ketrampilan Pembelajaran Kooperatif
Melalui model ini diharapkan tidak cuma kemampuan akademik yang
dimiliki siswa tetapi juga ketrampilan yang lain.
Keterampilan-keterampilan
itu menurut Ibrahim, dkk. (2000:47-55), antara lain:
1
Keterampilan-keterampilan Sosial
2
Keterampilan Berbagi
3
Keterampilan Berperan Serta
4
Keterampilan-keterampilan Komunikasi
5
Pembangunan Tim
6
Keterampilan-keterampilan Kelompok
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMA ....
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : X
(Sepuluh)/Genap
Standar Kompetensi : 4 Menggunakanlogika
matematika dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan pernyataan majemuk dan
pernyataan berkuantor.
Kompetensi Dasar: 4.1.Memahami pernyataan
dalam matematika dan ingkaran
atau negasinya
Indikator : 1. Menjelaskan
arti dan contoh dari pernyataan dan kalimat terbuka, serta menentukan
nilai suatu pernyataan.
2. Menentukan ingkaran atau negasi dari suatu
pernyataan beserta nilai kebenarannya.
Alokasi Waktu : 2
jam pelajaran (1 pertemuan).
A. Tujuan
Pembelajaran
a. Peserta didik dapat menjelaskan arti dan
contoh dari pernyataan dan kalimat terbuka, serta menentukan nilai kebenaran
suatu pernyataan. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin
tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
b. Peserta didik dapat menentukan ingkaran atau
negasi dari suatu pernyataan beserta nilai kebenarannya. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri,
Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
B. Materi
Ajar
a. Pernyataan
dan nilai kebenarannya.
b. Kalimat terbuka dan himpunan penyelesaiannya.
c. Ingkaran
atau negasi dari suatu pernyataan dan nilai kebenarannya.
C. Metode
Pembelajaran
Ceramah,
tanya jawab
D. Model
pembelajaran
STAD
( Student Achievement Division)
E. Langkah
- langkah Kegiatan
1.
Guru menyampaikan materi
2.
Siswa membentuk kelompok
untuk menyelesaikan masalah
3.
Menyerahkan atau
mempersentasikan hasil kerja kelompok
4.
Member I tes atau kuis
5.
Memberikan penghargaan
kelompok
Pertemuan Pertama
Pendahuluan
Apersepsi : -
Motivasi : Apabila
materi ini dikuasai dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat
menjelaskan arti dan contoh dari pernyataan dan kalimat terbuka, menentukan
nilai kebenaran suatu pernyataan, serta dapat menentukan ingkaran atau negasi
dari suatu pernyataan beserta nilai kebenarannya.
Kegiatan
Inti
& Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
a. Peserta didik diberikan stimulus berupa
pemberian materi oleh guru (selain itu misalkan dalam bentuk lembar kerja,
tugas mencari materi dari buku paket atau buku-buku penunjang lain, dari
internet/materi yang berhubungan dengan lingkungan, atau pemberian contoh-
contoh materi untuk dapat dikembangkan peserta didik, dari media interaktif,
dsb) mengenai penjelasan arti dan contoh dari pernyataan dan kalimat terbuka,
cara menentukan nilai kebenaran suatu pernyataan, ingkaran atau negasi dari
suatu pernyataan beserta nilai kebenarannya, kemudian antara peserta didik dan
guru mendiskusikan materi tersebut (Bahan : buku paket, yaitu buku Matematika
SMA dan MA ESIS Kelas X Semester Genap Jilid 1B, karangan Sri Kurnianingsih,
dkk, hal.3-4 mengenai pernyataan dan kalimat terbuka, dan hal. 4-6 mengenai
ingkaran atau negasi suatu pernyataan).
(nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
b. Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan
atau mempresentasikan penjelasan arti dan contoh dari pernyataan dan kalimat
terbuka,cara menentukan nilai kebenaran suatu pernyataan, ingkaran atau negasi
dari suatu pernyataan beserta nilai kebenarannya. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri,
Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
& Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi,
a. Peserta didik mengerjakan soal mengenai
pengidentifikasian kalimat yang merupakan pernyataan dan kalimat terbuka, serta
penentuan ingkaran atau negasi dari suatu pernyataan beserta nilai
kebenarannya, dari “Aktivitas Kelas“ dalam buku paket hal. 5. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri,
Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
b. Peserta
didik dan guru secara bersama-sama membahas jawaban soal-soal dari “Aktivitas
Kelas” dalam buku paket pada hal. 5.
(nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
c. Peserta
didik mengerjakan beberapa soal latihan dalam buku paket hal. 5-6. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri,
Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
d. Peserta didik
memberikan uraian singkat seputar materi pernyataan, kalimat terbuka, serta
ingkaran atau negasi suatu pernyataan beserta nilai kebenerannya pada kuis yang
dilakukan. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin
tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
& Konfirmasi
Dalam
kegiatan konfirmasi, Siswa:
a. Menyimpulkan
tentang hal-hal yang belum diketahui (nilai
yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras);
b. Menjelaskan
tentang hal-hal yang belum diketahui. (nilai
yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras)
Penutup
a. Peserta
didik membuat rangkuman dari materi mengenai pernyataan, kalimat terbuka, serta
ingkaran atau negasi suatu pernyataan beserta nilai kebenerannya. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri,
Kreatif, Kerja keras);
b. Peserta
didik dan guru melakukan refleksi. (nilai
yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras);
c. Peserta
didik diberikan pekerjaan rumah (PR) berkaitan dengan materi mengenai
pernyataan, kalimat terbuka, serta ingkaran atau negasi suatu pernyataan
beserta nilai kebenerannya dalam buku paket pada hal. 5-6 yang belum
terselesaikan di kelas atau dari referensi lain. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja
keras);
F. Alat
dan Sumber Belajar
Sumber:
- Buku paket, yaitu buku Matematika SMA dan
MA ESIS Kelas X Semester Genap Jilid 1B, karangan Sri Kurnianingsih, dkk, hal.
2-6.
- Buku referensi lain.
Alat:
- Laptop
- Papan tulis
- spidol
G. Penilaian
Teknik
: tes lisan, kuis.
Bentuk Instrumen : tanya jawab, uraian
singkat.
Contoh Instrumen :
1. Sebutkan beberapa contoh kalimat terbuka dan kalimat pernyataan.
2. Tentukan
ingkaran atau negasi dari pernyataan:
a. p: 3 + 4
=7
~p:
b. p: Semua bilangan prima adalah bilangan ganjil.
~p:
....................................
Mengetahui, Palembang,..............
Kepala
Sekolah Guru Matematika
__________
_____________
NIP/NIK. NIP/NIK.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama
Sekolah : .................................
Mata
Pelajaran : Matematika
Kelas /
Program : XI
(Sebelas) / IPA
Semester : Ganjil
Standar Kompetensi :1.Menggunakan statistika,kaidah npencacahan,
dan sifat-sifat peluang
pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar : 1.6.Menentukan peluang suatu kejadian dan
penafsirannya.
Indikator : 1. Menentukan peluang suatu kejadian
dari berbagai situasi
dan penafsirannya.
2.Menggunakan frekuensi atau frekuensi relatif
3.dalam pemecahan
soal dan penafsirannya.
4. Mengerjakan soal dengan baik berkaitan dengan materi
mengenai
percobaan, ruang sampel, dan kejadian, peluang
kejadian
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (1X pertemuan).
A. Tujuan
Pembelajaran
a. Peserta didik dapat menentukan peluang suatu
kejadian dari berbagai situasi dan penafsirannya. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras,
Disiplin, Demokratis.);
b. Peserta
didik dapat menggunakan frekuensi harapan atau frekuensi relatif dalam
pemecahan soal dan penafsirannya.(nilai
yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras, Disiplin, Demokratis.);
“ Karakter siswa yang
diharapkan :
§ Rasa ingin tahu, Mandiri,
Kreatif, Kerja keras, Disiplin,
Demokratis.
“ Kewirausahaan / Ekonomi
Kreatif :
§ Berorientasi tugas dan hasil,
Percaya diri, Berani mengambil resiko, Keorisinilan
B. Materi Ajar
a. Percobaan,
ruang sampel, dan kejadian.
b. Peluang
kejadian.
c. Frekuensi
harapan.
C. Metode
Pembelajaran
Ceramah,
tanya jawab, diskusi.
D. Model pembelajaran
Think
Pair And Share (Frank Lyman, 1985)
Langkah-langkah
:
1.
Guru menyampaikan inti materi
dan kompetensi yang ingin dicapai
2.
Siswa diminta untuk berfikir
tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
- Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
- Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
- Berawal dari kegiatan tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa
- Guru memberi kesimpulan
- Penutup
Ø
Pertemuan
Pertama dan Kedua
Pendahuluan
Aperseps :Mengingat kembali mengenai definisi
kejadian.
Motivasi: Apabila materi ini dikuasai
dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat menentukan peluang suatu
kejadian dari berbagai situasi, menggunakan frekuensi harapan atau frekuensi relatif
dalam pemecahan soal, merumuskan aturan penjumlahan dan perkalian dalam peluang
kejadian majemuk dan penggunaannya, menentukan peluang komplemen suatu
kejadian, peluang dua kejadian yang saling lepas, peluang dua kejadian yang
saling bebas, dan peluang kejadian bersyarat, beserta penafsirannya.
Kegiatan Inti
& Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
a. Peserta didik diberikan stimulus berupa
pemberian materi oleh guru (selain itu misalkan dalam bentuk lembar kerja,
tugas mencari materi dari buku paket atau buku-buku penunjang lain, dari
internet/materi yang berhubungan dengan lingkungan, atau pemberian
contoh-contoh materi untuk dapat dikembangkan peserta didik, dari media
interaktif, dsb) mengenai cara menentukan peluang suatu kejadian dari berbagai
situasi, menggunakan frekuensi harapan atau frekuensi relatif dalam pemecahan
soal, merumuskan aturan penjumlahan dan perkalian dalam peluang kejadian majemuk dan penggunaannya, menentukan peluang
komplemen suatu kejadian, peluang dua kejadian yang saling lepas, peluang dua kejadian yang saling bebas, dan
peluang kejadian bersyarat, beserta penafsirannya, kemudian antara peserta
didik dan guru mendiskusikan materi tersebut (Bahan: buku paket, yaitu buku
Matematika SMA dan MA ESIS Kelas XI Semester Ganjil Jilid 2A, karangan Sri
Kurnianingsih, dkk, hal. 124-127 mengenai penentuan peluang suatu kejadian dari
berbagai situasi, hal. 127-130 mengenai penggunaan frekuensi harapan atau
frekuensi relatif dalam pemecahan soal, dan hal. 130-141 mengenai kejadian majemuk,
yang terdiri dari hal. 131-132 mengenai penentuan peluang komplemen suatu
kejadian, hal. 132-134 mengenai penentuan peluang gabungan dua kejadian yang
saling lepas, hal. 134-136 mengenai peluang dua kejadian yang saling bebas, dan
hal. 137-141 mengenai peluang kejadian bersyarat, beserta penafsirannya). (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri,
Kreatif, Kerja keras, Disiplin,
Demokratis.);
b. Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan
atau mempresentasikan mengenai cara menentukan peluang suatu kejadian dari
berbagai situasi, menggunakan frekuensi harapan atau frekuensi relatif dalam
pemecahan soal, merumuskan aturan penjumlahan dan perkalian dalam peluang
kejadian majemuk dan penggunaannya, menentukan peluang komplemen suatu
kejadian, peluang dua kejadian yang saling lepas, peluang dua kejadian yang
saling bebas, dan peluang kejadian bersyarat, beserta penafsirannya.
(nilai yang ditanamkan: Rasa
ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras, Disiplin, Demokratis.);
b.
Peserta
didik dan guru secara bersama-sama membahas contoh dalam buku paket pada hal.
125-126 mengenai penentukan peluang suatu kejadian dari berbagai situasi, hal.
128, 129 mengenai penggunaan frekuensi harapan atau frekuensi relatif dalam
pemecahan soal, hal. 131-132 mengenai penentuan peluang komplemen suatu
kejadian, hal. 133-134 mengenai penentuan peluang dua kejadian yang saling
lepas, hal. 135-136 mengenai penentuan peluang dua kejadian yang saling bebas,
dan hal. 138-140 mengenai penentuan peluang kejadian bersyarat, beserta penafsirannya. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri,
Kreatif, Kerja keras, Disiplin,
Demokratis.);
& Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi,
a. Peserta didik mengerjakan beberapa soal
mengenai penentuan frekuensi harapan atau frekuensi relatif, komplemen suatu
kejadian, peluang gabungan dua kejadian yang saling lepas, peluang dua kejadian
yang saling bebas, dan peluang kejadian bersyarat, beserta penafsirannya, dari
“Aktivitas Kelas“ dalam buku paket hal. 130, 132, 134, 136, 140 sebagai tugas
individu. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin
tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras, Disiplin,
Demokratis.);
b. Peserta didik
dan guru secara bersama-sama membahas jawaban soal - soal dari “Aktivitas
Kelas” dalam buku paket pada hal. 130, 132, 134, 136, 140. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri,
Kreatif, Kerja keras, Disiplin,
Demokratis.);
c. Peserta didik
mengerjakan beberapa soal latihan dalam buku paket hal. 130 dan 140-141 sebagai
tugas individu. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin
tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras, Disiplin,
Demokratis.);
d.
Peserta didik diingatkan untuk
mempelajari kembali materi mengenai percobaan, ruang sampel, dan kejadian,
peluang kejadian, frekuensi harapan, kejadian majemuk (komplemen suatu
kejadian, peluang gabungan dua kejadian yang saling lepas, peluang dua kejadian
yang saling bebas, peluang kejadian bersyarat) untuk menghadapi ulangan harian
pada pertemuan berikutnya. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri,
Kreatif, Kerja keras, Disiplin,
Demokratis.);
& Konfirmasi
Dalam
kegiatan konfirmasi, Siswa:
a. Menyimpulkan
tentang hal-hal yang belum diketahui (nilai
yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Disiplin. Demokratis);
b. Menjelaskan tentang hal-hal yang
belum diketahui. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin
tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras);
Penutup
a. Peserta
didik membuat rangkuman dari materi mengenai frekuensi harapan atau frekuensi
relatif, aturan penjumlahan dan perkalian dalam peluang kejadian majemuk dan
penggunaannya, peluang komplemen suatu kejadian, peluang dua kejadian yang
saling lepas, peluang dua kejadian yang saling bebas, dan peluang kejadian
bersyarat.
b. Peserta didik dan guru melakukan refleksi. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri,
Kreatif, Kerja keras, Disiplin,
Demokratis.);
c. Peserta
didik diberikan pekerjaan rumah (PR) berkaitan dengan frekuensi harapan atau
frekuensi relatif, aturan penjumlahan dan perkalian dalam peluang kejadian
majemuk dan penggunaannya, peluang komplemen suatu kejadian, peluang dua
kejadian yang saling lepas, peluang dua kejadian yang saling bebas, dan peluang
kejadian bersyarat dari “Aktivitas Kelas“ atau soal-soal latihan yang belum
terselesaikan di kelas atau dari referensi lain.
(nilai yang ditanamkan : Rasa ingin
tahu,Mandiri, Kreatif, Kerja keras, Disiplin,
Demokratis.);
E. Alat dan
Sumber Belajar
Sumber :
- Buku paket,
yaitu buku Matematika SMA dan MA ESIS Kelas XI Semester Ganjil Jilid 2A,
karangan Sri Kurnianingsih, dkk, hal. 122-141.
- Buku
referensi lain.
Alat :
-
Laptop
-
LCD
-
OHP
F.
Penilaian
Teknik : tugas
individu, ulangan harian.
Bentuk Instrumen : uraian
singkat.
Contoh Instrumen :
1. Dari
20 baterai kering, 5 diantaranya rusak. Jika baterai diambil satu
demi satu secara acak tanpa pengembalian, maka peluang yang terambil kedua
baterai rusak adalah.....
2. Empat
keping uang logam diundi sekaligus. Percobaan dilakukan sebanyak 320 kali.
Frekuensi harapan meunculnya tak satupun angka adalah......
3. Dari
seperangkat kartu bridge diambil sebuah kartu. Peluang terambil kartu As atau kartu Hati adalah.........
Mengetahui, Palembang, .........
Kepala Sekolah Guru Matematika
____________
________________
NIP/NIK. NIP/NIK
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : .................................
Mata
Pelajaran : Matematika
Kelas /
Program : XII /
IPA
Semester : Ganjil
Standar Kompetensi :1.
Menggunakan konsep integral dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar : 1.2.Menghitung
integral tak tentu dan integral tentu
dari
fungsi aljabar dan fungsi trigonometri yang sederhana.
Indikator :
1.Menentukan integral dengan cara substitusi aljabar.
2.Menentukan integral dengan cara
substitusi trigonometri.
3.Menentukan integral dengan rumus integral
parsial.
Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran (2 pertemuan).
A. Tujuan
Pembelajaran
a. Peserta didik dapat menentukan integral
dengan cara substitusi aljabar. (nilai yang
ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
b. Peserta didik dapat menentukan integral dengan cara
substitusi trigonometri. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri,
Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
c. Peserta
didik dapat menentukan integral dengan rumus integral parsial. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri,
Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
“ Karakter siswa yang
diharapkan :
§ Rasa ingin tahu, Mandiri,
Kreatif, Kerja keras. Demokratis.
“ Kewirausahaan / Ekonomi
Kreatif :
§ Berorientasi tugas dan hasil,
Percaya diri,Keorisinilan.
B. Materi Ajar
Pengintegralan dengan substitusi:
- Pengintegralan dengan substitusi aljabar.
- Pengintegralan dengan substitusi trigonometri.
- Integral parsial.
C. Metode
Pembelajaran
Ceramah,
tanya jawab, diskusi.
Strategi
Pembelajaran
Tatap Muka
|
Terstruktur
|
Mandiri
|
·
Menentukan
integral dengan cara substitusi aljabar
|
·
Menentukan
integral dengan cara substitusi
trigonometri.
|
·
Siswa
dapat Menghitung integral tak tentu dan integral
tentu dari fungsi aljabar dan fungsi trigonometri yang sederhana.
|
D. Model
pembelajaran
Think Pair And Share (Frank Lyman,
1985)
E. Langkah-langkah
Kegiatan
Think Pair And Share
(Frank Lyman, 1985)
Langkah-langkah :
- Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
- Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
- Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
- Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
- Berawal dari kegiatan tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa
- Guru memberi kesimpulan
- Penutup
Pertemuan
Pertama dan Kedua
Pendahuluan
Apersepsi : - Mengingat
kembali aturan pengintegralan.
- Membahas PR.
Motivasi
: Menyelesaikan soal-soal integral yang penyelesaiannya tidak dapat langsung
menggunakan rumus integral (misalkan fungsi pangkat tinggi), yaitu dengan
menggunakan cara substitusi (substitusi aljabar, substitusi trigonometri.,
integral parsial).
Kegiatan
Inti
& Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
a. Peserta didik diberikan stimulus berupa pemberian materi oleh guru
(selain itu misalkan dalam bentuk lembar kerja, tugas mencari materi dari buku
paket atau buku-buku penunjang lain, dari internet/materi yang berhubungan
dengan lingkungan, atau pemberian contoh-contoh materi untuk dapat dikembangkan
peserta didik, dari media interaktif, dsb) mengenai cara menentukan integral
dengan substitusi aljabar, substitusi
trigonometri, maupun menggunakan rumus integral parsial, kemudian antara
peserta didik dan guru mendiskusikan materi tersebut (Bahan: buku paket, yaitu
buku Matematika SMA dan MA ESIS Kelas XII Semester Ganjil Jilid 3A, karangan
Sri Kurnianingsih, dkk, hal. 36-43 mengenai pengintegralan dengan substitusi,
yang terdiri dari hal. 36-38 mengenai pengintegralan dengan substitusi aljabar,
hal. 38-40 mengenai pengintegralan dengan substitusi trigonometri, dan hal.
41-43 mengenai integral parsial).
(nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras.
Demokratis.);
b. Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan
atau mempresentasikan mengenai cara menentukan integral dengan substitusi
aljabar, substitusi trigonometri, maupun
menggunakan rumus integral parsial.
(nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras.
Demokratis.);
& Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi,
c.
Peserta
didik dan guru secara bersama-sama membahas contoh dalam buku paket pada hal.
37 mengenai penyelesaian soal-soal integral dengan cara substitusi aljabar,
hal. 38-39 mengenai penyelesaian soal-soal integral dengan cara substitusi
trigonometri, dan hal. 41-42 mengenai penyelesaian soal-soal integral dengan
menggunakan rumus integral. (nilai yang
ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
d. Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai
penyelesaian soal-soal integral dengan cara substitusi aljabar, substitusi
trigonometri, maupuan dengan menggunakan rumus integral, dari “Aktivitas Kelas“
dalam buku paket hal. 38, 39, dan 43
sebagai tugas individu. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu,
Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
e. Peserta didik
dan guru secara bersama-sama membahas jawaban soal-soal dari “Aktivitas Kelas”
dalam buku paket pada hal. 38, 39, dan
43. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin
tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
f. Peserta didik
mengerjakan beberapa soal latihan dalam buku paket hal. 39-40 dan 43 sebagai
tugas individu. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin
tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Demokratis.);
& Konfirmasi
Dalam
kegiatan konfirmasi, Siswa:
a. Menyimpulkan
tentang hal-hal yang belum diketahui (nilai
yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras. Disiplin. Demokratis);
b. Menjelaskan tentang hal-hal yang
belum diketahui. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin
tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras);
Penutup
a. Peserta
didik membuat rangkuman dari materi mengenai pengintegralan dengan substitusi,
yaitu substitusi aljabar, substitusi trigonometri, dan integral parsial.
b. Peserta
didik dan guru melakukan refleksi.
c. Peserta
didik diberikan pekerjaan rumah (PR) berkaitan dengan pengintegralan dengan
substitusi (substitusi aljabar, substitusi trigonometri, integral parsial),
dari soal-soal latihan dalam buku paket hal. 39-40 dan 43 yang belum
terselesaikan di kelas atau dari referensi lain.
F. Alat dan
Sumber Belajar
Sumber :
- Buku
paket, yaitu buku Matematika SMA dan MA ESIS Kelas XII Semester Ganjil Jilid
3A, karangan Sri Kurnianingsih, dkk, hal. 36-43.
- Buku
referensi lain.
Alat :
-
Laptop
-
LCD
-
OHP
G.
Penilaian
Teknik
: tugas individu.
Bentuk
Instrumen : uraian singkat.
Contoh Instrumen :
1. Dengan metode substitusi hitunglah !
2. Tentukan hasil pengintegralan !
3. Dengan menggunakan integral parsial, hitunglah
Mengetahui, palembang,......
Kepala
Sekolah Guru Matematika
______________
________________
NIP/NIK. NIP/NIK.
sumber: http://ukhuwahislami1.blogspot.com/2012/12/model-pembelajaran.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar